Giat Dede Farhan Aulawi saat berikan Kuliah Umum “How to be THE GREAT LEADER” di Fakultas Ekonomi Universitas Wiralodra kabupaten Indramayu. Pemimpin yang hebat tidak hanya memiliki keterampilan untuk menavigasi situasi yang kompleks, namun juga kemampuan untuk memelihara dan mengembangkan bakat orang-orang yang dipimpinnya. Oleh karena itu, konsep pemimpin yang hebat tidak hanya sekedar materi kesuksesan, tetapi juga membangkitkan semangat pada individu dan komunitasnya. Great Leader adalah individu yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan ide-ide luar biasa dan mewujudkannya dalam realitas.
Para pemimpin pada dasarnya memiliki karakteristik, kelebihan, dan kekurangan. Namun, terdapat satu kesamaan utama yaitu mereka tidak pernah berhenti belajar sehingga mampu memberikan harapan dan solusi dari setiap persoalan yang dihadapinya. Pemimpin bangsa adalah harapan rakyat agar tidak kelaparan, keamanan terjamin, mendapat keadilan hukum, pendidikan yang layak, dan hak-hak mereka terjaga.
Para pemimpin harus berani berubah dan harus bertanggung jawab dengan risikonya. Manusia pemberani bukanlah mereka yang tidak merasakan takut, melainkan mampu menaklukkan rasa takutnya. Inilah yang kemudian membuat Franklin Delano Roosevelt, mantan Presiden Amerika, mengatakan “Satu-satunya hal yang harus kita takutkan adalah rasa takut itu sendiri “. Rasa takutlah itulah yang menjadi musuh utama. Begitupun dengan ucapan senada yang disampaikan Joseph Stalin, ” Sejarah telah memperlihatkan, tidak ada musuh yang tak terkalahkan “.
Belajar dari seorang pemimpin berarti berusaha untuk meneladani kepemimpinan mereka. Pemimpin bukanlah bos yang menimbulkan ketakutan, tapi seseorang yang memancarkan kasih. Para pemimpin melahirkan visi, yaitu realitas yang belum terjadi, tapi bukan mimpi. Visi merefleksikan pemahaman luas dan mendalam yang membuat seseorang mampu mendeteksi kecenderungan yang mengarahkan pemimpin untuk bertindak berdasarkan realitas menuju masa depan. Bagi Mandela, visi tersebut adalah hilangnya perbudakan dari Benua Afrika. Bagi Soekarno, visi tersebut adalah Indonesia Merdeka. Bagi Kennedy, visi tersebut ialah mendaratkan manusia di bulan.
Perjuangan dan prestasi para pemimpin bisa menjadi teladan nyata dan dapat menjadi sumber inspirasi. Pengembaraan mereka yang sangat luas dalam kepemimpinan menjadi bahan renungan untuk merealisasikan potensi diri. Seorang pemimpin harus bekerja efisien dan efektif. Menurut Peter F Drucker, ” Efisiensi itu melakukan sesuatu dengan benar. Efektivitas adalah melakukan hal yang benar “. Dua hal ini akan berdampak positif demi kemajuan dan kesuksesan. Tanpa itu, pemimpin hanya berkhayal dalam ruang hampa.
Oleh karena itu, Pemimpin lebih berfokus pada nilai, watak, dan komitmen. Itulah yang harus terus-menerus diperhatikan pemimpin. Jadi, memimpin itu seni, bukan ilmu pengetahuan. Mencari orang yang cerdas memang tidak mudah, akan tetapi mencari orang yang berintegritas jauh lebih susah lagi karena ia harus mempu menjadi contoh dan model bagi anggotannya sehingga setiap anggota bisa meneladani kehidupan dan mencontohnya.